Pagi di Pantai Losari
Matahari
belum juga muncul ketika kaki berdiri
di tepian Pantai Losari Makasar. Angin laut yang berhembus lembut, sama sekali
tidak membawa aroma laut. Mungkin karena posisi tepian pantai yang menjadi
salah satu pusat keramaian di Kota Makasar dan sengaja dibeton tinggi ini cukup
jauh dari laut lepas.
Mata saya sungguh tak sempat berkedip melihat perahu-perahu yang
terlihat kecil yang baru pulang berlayar, terlihat bagai kunang-kunang yang kembali
ke sarang. Nun jauh di sana, terlihat Pulau Samaloda, pulau yang sangat indah,
memiliki banyak pesona bawah laut serta berpasir putih bersih. Dari Pantai
Losari kurang lebih 2km atau 30 menit perjalanan dengan sampan sewaan.
Akan tetapi, saya tidak menikmati keindahan Pulau Samaloda, saya lebih
suka menikmati kehangatan mentari pagi yang mulai bersinar, bersama para
pejalan kaki dan warga yang berolah raga pagi.
Dibangun Tahun 1945
Sejak menginjakan kaki di bumi Pahlawan Hasanudin selalui penerbangan
dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta-Bandara Hasanudin Makasar, saya sudah tidak
sabar ingin menyusuri beberapa tempat menarik di Makasar. Makanya, keesokan
harinya, pagi-pagi sekali, saya sengaja meninggalkan hotel yang letaknya kurang
lebih 15 menit dari Pantai Losari. Setelah menunggu terang, saya segera
meluncur dengan jalan kaki.
Setelah melewati beberapa jalan, termasuk Jalan Somba Opu yang
mengingatkan saya pada Jalan Malioboro Jogjakarta karena memang di sini menjadi
pusat pertokoan oleh-oleh dan pernak-pernik Makasar. Mulai dari kain tenun,
kopi toraja yang nikmat itu, cokelat lokal, peci khas Bone, hingga kue-kue
kering tradisional.
Sayang, toko-toko masih tutup, jadi saya melanjutkan melenggang menuju
Jalan Penghibur, di mana keramaian Pantai Losari berada. Hanya perlu waktu 5
menit dari Jalan Soba Opu.
Pantai Losari sekarang sudah cukup bersih karena para pedagang kaki lima
yang dahulu berjejalan di tepian pantai telah dipindahkan. Sepajang pantai
telah dibuat joging track, baik di
tepian pantai yang berkelok-kelok ataupun di dekat Jalan Penghibur.
Joging track bermuara di anjungan yang bertuliskan Pantai Losari yang
sering buat foto para wisatawan, saya pun tidak lupa foto-foto di sini. Karena
saya jalan sendirian, saya minta tolong salah satu wisatawan yang juga sedang
menikmati pagi di Pantai Losari.
Siapa sangka, kalau sebelum dikenal sebagai Pantai Losari, warga dahulu
mengenalnya sebagai Pasar Ikan karena dahulu setiap pagi di pantai ini
dimanfaatkan sebagai pasar ikan. Sementara sore hari dimanfaatkan pedagang
jajanan khas Makasar seperti kacang, pisang epe, dan makanan ringan khas lainnya.
Anjungan sendiri sebenarnya hanya beton bendungan air yang memanjang,
yang sekarang diperluas hingga menjorok ke laut. Di bawah bendungan, merupakan
outlet buangan limbah kota. Konsep ini konon telah bertahan hingga 60 tahun.
Pantai dibangun sekitar tahun 1945, dimulai dengan desain lantai dasar
beton sepanjang 910 meter yang digagas oleh Pemerintah Wali Kota Makassar, DM
van Switten (1945-1946). Pada masa pemerintahan NICA (Nederlands Indies Civil
Administration). Pemasangan lantai bertujuan untuk melindungi beberapa objek
dan sarana strategis warga di Jalan Penghibur dari derasnya ombak Selat
Makassar.
Setelah melalui beberapa tahap pembangunan, kemudian dikenal sebagai
Pantai Losari. Hingga saat ini, tidak ada yang tahu, apa arti losari yang
sesungguhnya. Hanya, dalam bingkai kata Bahasa Jawa, Los berarti lepas dan Ari
berarti pembungkus, jadi Los dan Ari secara sederhana diartikan sebagai
kawasan lepas yang diselubungi.
Masjid Apung
Tidak jauh dari anjungan, ada sebuah masjid yang cukup menyita perhatian
saya, yaitu masjid apung. Sejak setahun terakhir, kawasan anjungan Pantai
Losari, selain identik dengan pemandangan senja di samudera, juga makin menarik
dengan masjid terapung, Masjid Amirul Mukminin.
Masjid diresmikan oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia, mantan Wapres Jusuf
Kalla pada 21 Desember 2012. Masjid berlantai tiga dengan bangunan arsitektur
modern ini dilengkapi dua menara dan dua kubah berwarna biru, seolah terapung di
atas samudera.
Pembangunan masjid difasilitasi oleh Walikota Makassar Ilham Arief
Sirajuddin dengan dana sekitar 9 Miliar dari sumbangan para dermawan di
Makassar. Nama Amirul Mukminin sendiri diambil dari nama putra tertua Ilham
yang bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia bermakna pemimpin kaum mukmin.
Amirul Mukminin juga merupakan gelar yang disematkan pada Khalifah Umar
Bin Khattab di masa kepemimpinannya.
Meskipun ukuran masjid tidak begitu luas, namun masjid ini mampu
menampung sekitar 400 jamaah. Jika berkunjung ke Pantai Losari, jangan lupa
untuk shalat di sana untuk merasakan kenyamanannya, padahal masjid berada di
daerah pantai yang terik.
Menurut seorang Ibu yang kebetulan sedang duduk-duduk di jembatan yang
menghubungkan antara anjungan dengan masjid, setiap sore di atas jembatan
tersebut, banyak warga yang nongkrong atau sekadar menunggu shalat magrib
sambil menyaksikan keindahan matahari tenggelam. Saya pun tak mau
menyia-nyiakan kesempatan tersebut, walau saya merasakannya pada pagi hari.
Setelah puas melihat keindahan Pantai Losari dari atas jembatan dan dari
jendela masjid, saya segera kembali ke hotel karena harus buru-buru bersiap untuk
mengisi sebuah acara literasi yang bertempat di hotel tempat saya menginap.
Ingin sekali rasanya mencicipi jajanan dan kuliner Makasar seperti seafood dari aneka ragam ikan laut yang
masih segar, mie kering khas Makassar, Sop Pallubasa, Sop Konro, dan Coto
Makassar. Sayang, hari masih pagi, jadi semua masih tutup.
Sore hari, usai acara, saya kembali mengunjungi Pantai Losasi
dan menikmati makanan enak di Kota Makasar di kawasan Kuliner Makasar di Jalan
Datumuseng, yang tepat berada di seberang anjungan Pantai Losari. (Ali Muakhir, penikmat wisata dari
Forum Penulis Bacaan Anak, tinggal di Bandung) ***
infonya sangat membantu sekali buat yang lagi bingung memilih tempat wisata...
BalasHapustidak mau repot mengurus sendiri persiapan buat liburan??? mari berwisata bersama Dunia Wisata Singosari Malang
jangan lupa kunjungi duniawisataku.com kami melayani jasa tour pariwisata dalam dan luar negeri.. bagi yang berada di malang bisa datang langsung ke Jl. Kembang No.8 Singosari Malang. atau call di 0341-456444